catatan harian, atau bisa juga bulanan, atau mungkin tahunan, sesuai mood ngeblognya

Rabu, 25 April 2012

ini bukan sinetron


Haaai blooooog, aku udah siap UN loooh u,u walaupun SNMPTN masih menanti, tapi setidaknya legal ah, yang UN nya udah lewat, do’ain aku lulus yaaaa :D
Naaah, aku mau cerita niiih. Hari ini itu aku dapet pengalaman kayak di sinetron gituuuu, eh nggak deeh, kayak di AADC. Nah tapi, di sini aku bukan jadi Cinta karena memang Rangga ku belum ada -_- di cerita ini aku hanya menjadi orang ketiga serba tahu atau bisa dianggap sebagai pelengkap derita laaah. Tapi walaupun begitu, aku senang aku bisa terlibat di kisah iniiii :D
Well, aku mulai ya ceritanya. Jadi, aku punya temen, sebut saja namanya Lala. Lala ini naksir sama seseorang yang kita sebut saja namanya Tuki sejak dia awal mendaftar di sekolah dan itu nggak pernah pudar sampai sekarang kami udah UN dan mau SNMPTN. Salut deh sama temen aku ini.  Selama di tiga tahun ini, dia hanya memendam perasaanya di dalam hati saja. Yaaah sebenarnya juga bukan di dalam hati aja sih, soalnya dia juga sering cerita sama aku dan temen-temen yang lain.
Namun sayang, ternyata setelah UN ini, Tuki mau pindah ke Sumedang. Itu buat Lala sedih Lala jadi galau semaleman. Aku, Rara, Titi dan Gigi mau bantuin. Tapi kami nggak tau gimana caranyaa. Akhirnya kami bujuk dia buat nganterin Tuki ke bandara. Setidaknya kan dia bisa foto buat yang terakhir kalinya.
Semaleman kami bujuk Lala, tapi Lala plin-plan, bentaran mau, bentaran nggak. Kami membujuknya dengan seribu macam kata-kata mutiara, tapi Lala tetap plin-plan. Setelah kata-kata mutiara yang ke seribu satu, barulah dia mau juga akhirnya. Aku senang, Titi dan Gigi juga girang.Tapi sayang, Rara nggak bisa ikut ke bandara :(
Nah tapi, masalahnya BIM (Bandara Internasional Minangkabau) itu jauuuuuuh bangeeeeeeet. Dan rumah kami semua itu ujung ke ujung. Secara si Tuki tu berangkat jam 8.55, kami nggak tau jam berapa harus pergi.
Namun karena niat nolongin Lala emang tulus, kami bela-belain bangun pagi di hari libur buat ngenterin Lala ketemu Tuki. Besoknya, akhirnya dari jam 6 si Titi sama Gigi udah missedcall2. Secara kalau tidur aku emang agak kebo, agak susah gitu bangunin aku. Berkat kegigihan Titi dan Gigi buat missed call dan sms bertubi-tubi, aku bangun juga jam enam lewat. Sholat Subuh terus langsung mandi. Katanya janjian jam stengah delapan di simpang rumahku, tapi aku belum minta izin sama mama. Biasanya aku susah banget minta izinnya. Tapi tadi pagi itu aku berdo’a, ‘Ya Allah, jikalau nanti kami akan lancer, tolong lancarkan pula lah izin dari orang tua hamba’. Dan ternyata, mama langsung ngizinin. Waktu ditanya sama Titi dan Gigi, mereka juga bilang gitu karena jarang banget orang tua mereka langsung ngizinin gituu. Waah Allah memang sudah meridhoi J
Waktu udah jam stengah 8 lewat, si Lala belum hubungin aku juga, aku sempat cemas takut kalau-kalau dia berubah pikiran dan nggak mau ke airport. Tapi ternyata, dia sms kalau dia udah di simpang rumah. Waah Lala memang selalu on time :p Waktu Lala sampai di rumah, kami langsung pergi dan jemput Titi dan Gigi yang juga udah di simpang rumah. Karena udah jam delapan kurang, aku langsung cus ngebut ke BIM. Dan seperti biasa, masalah terbesarku adalah PARKIR. Aku nggak tau harus parker dimana karena jalan di BIM itu muter-muterrrrrr. Setelah muter-muter, akhirnya dapat tempat parkir yang deket pohon biar adem.
Jadi, biar nggak ketahuan, kami buat rencananya gitu. Ceritanya ntar mereka mau ngenterin aku ke bandara. Jadi waktu tadi di Airport aku turun duluan buat liat-liat keadaan siapa tau ada Tuki. Setelah lama muterin BIM, si Tuki nggak keliatan, akhirnya aku suruh Lala, Gigi dan Titi buat turun aja. Waktu kami udah nyampe di pintu depan, langsung ada pengumuman, “Kepada para penumpang pesawat ****** ** *** tujuan Jakarta, harap segera memasuki pesawat”. Kami langsung panik, karena tau itu pesawatnya Tuki. Si Lala langsung nangis. Aku, Titi dan Gigi mendadak lemas. Akhirnya aku hubungin om aku yang kerja di Bandara. Kami udah panic, beberapa menit kemudian, om aku baru dating, dan itu tepat pada saat pengumuman kalau itu panggilan terakhir buat penumpang pesawat Tuki, pesawat bakal berangkat. Aku langsung minta tolong om aku buat masukin kami ke dalam. Akhirnya kami masuk. Waktu kami udah masuk, aku langsung suruh Lala buat nelepon Tuki. Dag dig dug nunggu telepon di angkat. Akhirnya diangkat Tuki, kami Tanya dia lagi dimana, ternyata katanya dia di gate 4 mau naik pesawat. Tapi ternyata katanya kami nggak boleh masuk ruang tunggu. Lala langsung nangis, Aku, Titi dan Gigi juga ikutan mau nangis. Akhirnya aku suruh Lala nelepon Tuki lagi buat nyuruh dia keluar ruang tunggu. Tapi karena kayaknya Lala udah nggak kuat dan nangis, dia nggak bisa ngomong lagi dan matiin telepon. Waktu itu, aku dipanggil sama om aku, katanya masuk ajalah cepat sama om. Dia di gate 4 kan? Cepatlah masuk. Alhamdulillah berkat om aku, kami bisa masuk sampai gate 4. Tapi ternyata di gate 4, udah sepi dan Tuki nggak ada L Sumpah waktu itu aku putus asa dan ikutan lemes juga. Kasian juga liat Lala udah nangis-nangis. Udah nggak peduli lah orang-orang airport pada ngeliatin -_- akuhirnya aku suruh Lala buat nelepon Tuki lagi. Aku nggak tau gimana percakapan mereka, tapi mungkin gini :
L = Lala, T = Tuki, A = aku, Ti = Titi, G = Gigi
L : kamu dimana?
T : udah di pesawat
L : (ngomong sama aku, Titi dan Gigi) dia udah di pesawat T,T
A : suruh dia turun bentar, blg kamu di gate 4
Ti : iya suruh bentar aja
G : cepatlah suruh dia bentar aja bilang
L : (ngomong di telepon lagi) bisa kamu turun bentar? Aku di gate 4
T : mau ngapain tu?
L : (ngomong sama aku, Titi dan Gigi lagi) mau ngapain aku suruh dia ke sini?
A : terserah! Bilang aja mau ngomong bentar
G : minta aja dia turun bentar
L : (ngomong di telepon lagi) aku mau ngomong bentar, aku di gate 4. Bisa kamu ke sini?
T : yayaa
*percakapan di atas, Lala lakukan sambil menangis terisak2*
Akhirnya kami deg deg ser nunggu Tuki ke gate 4. Waktu itu gate 4 udah kosong, kayaknya semua penumpang udah masuk pesawat. Udah lumayan lama, Tuki belum juga keluar. Waktu itu sedih, kesel dan galau keliatan dari Lala. Nggak Cuma Lala, tapi aku, Titi dan Gigi juga gitu. Lala udah marah-marah dan bilang, ‘udahlah, dia nggak bakalan balik lagi!’. Titi sama Gigi langsung meluk Lala. Aku antara kesel sama sedih karena ngerasa kalau pengorbanan kami udah sia-sia. Tapi ternyata eng-ing-eng, terlihatlah si Tuki berdiri di depan gate 4! Aku lega, Titi senang, Gigi girang, Lala tetap galau dan nangis.
Si Tuki Cuma diam dan berdiri di depan gate 4, karena mungkin dia mau berangkat, jadi mbak-mbaknya kayak nggak izinin gitu. Tapi Alhamdulillah lagi-lagi om ku ngebantu dan bilang ke mbak nya kalau Cuma bentar, akhirnya Tuki masuk ke gate 4.
Dan saat di gate 4
T : mau ngapain?
A : Ki, minta foto buat terakhir ya, sekali aja
T : *senyum*
A : La, ayolah cepat foto!
L : kalian ni ngapain ni! Aku nggak mau! Aku malu diliatin orang! (sambil nangis)
A : kalau kamu nggak mau foto, aku yang foto sama dia. Cepatlah, pilih yang mana?
Ti : iya, aku juga mau foto sama dia
G : biar aku fotoin
A : cepatlah, mau ndak?
L : apa kalian ni ni A! Aku benci sama kalian! Malu-maluin ajalah! *nangis terisak-isak*
A : Ki, mendekat dikit ki, aku fotoin kalian berdua ya. Sekalii ajaa kiii.
T : *mendekat ke Lala, tapi masih tetap jauh*
Akhirnya aku ambil foto mereka yang jauh-jauhan. Cuma Tuki yang liat kamera. Lala tetap menangis. Dan orang-orang di sekitar tetap memperhatikan kami, mungkin penasaran apa yang telah terjadi. Tapi karena sudah tanggung malu, kami tidak begitu peduli.
Setelah mengambil hanya dua foto, kami bilang makasih dan hati-hati ke Tuki. Akhirnya dia pergi dan kami pulang. Setelah di luar, kami mutar-mutar lupa parkir mobil dimana, dan nyasar karena nggak tau kemana jalan keluar. Dan sepanjang perjalanan, Lala marah-marah dan mengoceh, “Aku banci! Aku nggak suka! Kenapa kayak sinetron! Aku benci sinetron!”. Tapi aku bilang, “Ini nggak kayak sinetron, kalau di sinetron, kamu nggak bakalan ketemu sama dia, kamu hanya akan berselisih sama dia, dan ceritanya masih panjaaaaaang. Ini kayak AADC. AADC itu bukan sinetron. Dan AADC itu film bagus!”
Akhirnya Lala berhenti menangis, dan berterima kasih kepada kamiii. Sepanjang perjalanan pulang dari bandara, entah kenapa radio selalu memainkan lagu-lagu galau yang membuat Lala tak berhenti menangis.
Tapi salut sama Lala! Aku, Titi dan Gigi nggak nyesel ngebantuin kamu. Dan kami senang karena kami ada di kisah ini :D

3 komentar:

Welcome

Selamat datang di blog aku, semoga ini bukan yang terakhir kali kamu mampir ke sini ;)
Diberdayakan oleh Blogger.

Who is Oriena Zuhrayoshi Helmi?

Foto saya
a simple girl that love rain. don't judge me if you don't know me

Followers

Search

© rienorienzuh, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena