Haaai blooooog, aku udah siap UN loooh u,u walaupun SNMPTN
masih menanti, tapi setidaknya legal ah, yang UN nya udah lewat, do’ain aku
lulus yaaaa :D
Naaah, aku mau cerita niiih. Hari ini itu aku dapet
pengalaman kayak di sinetron gituuuu, eh nggak deeh, kayak di AADC. Nah tapi,
di sini aku bukan jadi Cinta karena memang Rangga ku belum ada -_- di cerita
ini aku hanya menjadi orang ketiga serba tahu atau bisa dianggap sebagai
pelengkap derita laaah. Tapi walaupun begitu, aku senang aku bisa terlibat di
kisah iniiii :D
Well, aku mulai ya ceritanya. Jadi, aku punya temen, sebut
saja namanya Lala. Lala ini naksir sama seseorang yang kita sebut saja namanya
Tuki sejak dia awal mendaftar di sekolah
dan itu nggak pernah pudar sampai
sekarang kami udah UN dan mau SNMPTN. Salut deh sama temen aku ini. Selama di tiga tahun ini, dia hanya memendam
perasaanya di dalam hati saja. Yaaah sebenarnya juga bukan di dalam hati aja
sih, soalnya dia juga sering cerita sama aku dan temen-temen yang lain.
Namun sayang, ternyata setelah UN ini, Tuki mau pindah ke
Sumedang. Itu buat Lala sedih Lala jadi galau semaleman. Aku, Rara, Titi dan Gigi mau bantuin. Tapi kami nggak tau
gimana caranyaa. Akhirnya kami bujuk dia buat nganterin Tuki ke bandara. Setidaknya
kan dia bisa foto buat yang terakhir kalinya.
Semaleman kami bujuk Lala, tapi Lala plin-plan, bentaran
mau, bentaran nggak. Kami membujuknya dengan seribu macam kata-kata mutiara, tapi
Lala tetap plin-plan. Setelah kata-kata mutiara yang ke seribu satu, barulah
dia mau juga akhirnya. Aku senang, Titi dan Gigi juga girang.Tapi sayang, Rara nggak bisa ikut ke bandara :(
Nah tapi, masalahnya BIM (Bandara Internasional Minangkabau)
itu jauuuuuuh bangeeeeeeet. Dan rumah kami semua itu ujung ke ujung. Secara si
Tuki tu berangkat jam 8.55, kami nggak tau jam berapa harus pergi.
Namun karena niat nolongin Lala emang tulus, kami
bela-belain bangun pagi di hari libur buat ngenterin Lala ketemu Tuki. Besoknya,
akhirnya dari jam 6 si Titi sama Gigi udah missedcall2. Secara kalau tidur aku
emang agak kebo, agak susah gitu bangunin aku. Berkat kegigihan Titi dan
Gigi buat missed call dan sms bertubi-tubi, aku bangun juga jam enam lewat.
Sholat Subuh terus langsung mandi. Katanya janjian jam stengah delapan di
simpang rumahku, tapi aku belum minta izin sama mama. Biasanya aku susah banget
minta izinnya. Tapi tadi pagi itu aku berdo’a, ‘Ya Allah, jikalau nanti kami
akan lancer, tolong lancarkan pula lah izin dari orang tua hamba’. Dan
ternyata, mama langsung ngizinin. Waktu ditanya sama Titi dan Gigi, mereka juga
bilang gitu karena jarang banget orang tua mereka langsung ngizinin gituu. Waah
Allah memang sudah meridhoi J
Waktu udah jam stengah 8 lewat, si Lala belum hubungin aku
juga, aku sempat cemas takut kalau-kalau dia berubah pikiran dan nggak mau ke
airport. Tapi ternyata, dia sms kalau dia udah di simpang rumah. Waah Lala
memang selalu on time :p Waktu Lala sampai di rumah, kami langsung pergi dan
jemput Titi dan Gigi yang juga udah di simpang rumah. Karena udah jam delapan
kurang, aku langsung cus ngebut ke BIM. Dan seperti biasa, masalah terbesarku
adalah PARKIR. Aku nggak tau harus parker
dimana karena jalan di BIM itu muter-muterrrrrr. Setelah muter-muter, akhirnya
dapat tempat parkir yang deket pohon biar adem.
Jadi, biar nggak ketahuan, kami buat rencananya gitu. Ceritanya
ntar mereka mau ngenterin aku ke bandara. Jadi waktu tadi di Airport aku turun
duluan buat liat-liat keadaan siapa tau ada Tuki. Setelah lama muterin BIM, si
Tuki nggak keliatan, akhirnya aku suruh Lala, Gigi dan Titi buat turun aja.
Waktu kami udah nyampe di pintu depan, langsung ada pengumuman, “Kepada para
penumpang pesawat ****** ** *** tujuan Jakarta, harap segera memasuki pesawat”.
Kami langsung panik, karena tau itu pesawatnya Tuki. Si Lala langsung nangis.
Aku, Titi dan Gigi mendadak lemas. Akhirnya aku hubungin om aku yang kerja di
Bandara. Kami udah panic, beberapa menit kemudian, om aku baru dating, dan itu
tepat pada saat pengumuman kalau itu panggilan terakhir buat penumpang pesawat
Tuki, pesawat bakal berangkat. Aku langsung minta tolong om aku buat masukin
kami ke dalam. Akhirnya kami masuk. Waktu kami udah masuk, aku langsung suruh
Lala buat nelepon Tuki. Dag dig dug nunggu telepon di angkat. Akhirnya diangkat
Tuki, kami Tanya dia lagi dimana, ternyata katanya dia di gate 4 mau naik
pesawat. Tapi ternyata katanya kami nggak boleh masuk ruang tunggu. Lala
langsung nangis, Aku, Titi dan Gigi juga ikutan mau nangis. Akhirnya aku suruh
Lala nelepon Tuki lagi buat nyuruh dia keluar ruang tunggu. Tapi karena
kayaknya Lala udah nggak kuat dan nangis, dia nggak bisa ngomong lagi dan
matiin telepon. Waktu itu, aku dipanggil sama om aku, katanya masuk ajalah
cepat sama om. Dia di gate 4 kan? Cepatlah masuk. Alhamdulillah berkat om aku,
kami bisa masuk sampai gate 4. Tapi ternyata di gate 4, udah sepi dan Tuki
nggak ada L
Sumpah waktu itu aku putus asa dan ikutan lemes juga. Kasian juga liat Lala
udah nangis-nangis. Udah nggak peduli lah orang-orang airport pada ngeliatin
-_- akuhirnya aku suruh Lala buat nelepon Tuki lagi. Aku nggak tau gimana
percakapan mereka, tapi mungkin gini :
L = Lala, T = Tuki, A = aku, Ti = Titi, G = Gigi
L : kamu dimana?
T : udah di pesawat
L : (ngomong sama aku, Titi dan Gigi) dia udah di pesawat
T,T
A : suruh dia turun bentar, blg kamu di gate 4
Ti : iya suruh bentar aja
G : cepatlah suruh dia bentar aja bilang
L : (ngomong di telepon lagi) bisa kamu turun bentar? Aku di
gate 4
T : mau ngapain tu?
L : (ngomong sama aku, Titi dan Gigi lagi) mau ngapain aku
suruh dia ke sini?
A : terserah! Bilang aja mau ngomong bentar
G : minta aja dia turun bentar
L : (ngomong di telepon lagi) aku mau ngomong bentar, aku di
gate 4. Bisa kamu ke sini?
T : yayaa
*percakapan di atas, Lala lakukan sambil menangis terisak2*
Akhirnya kami deg deg ser nunggu Tuki ke gate 4. Waktu itu
gate 4 udah kosong, kayaknya semua penumpang udah masuk pesawat. Udah lumayan
lama, Tuki belum juga keluar. Waktu itu sedih, kesel dan galau keliatan dari Lala.
Nggak Cuma Lala, tapi aku, Titi dan Gigi juga gitu. Lala udah marah-marah dan
bilang, ‘udahlah, dia nggak bakalan balik lagi!’. Titi sama Gigi langsung meluk
Lala. Aku antara kesel sama sedih karena ngerasa kalau pengorbanan kami udah
sia-sia. Tapi ternyata eng-ing-eng, terlihatlah si Tuki berdiri di depan gate
4! Aku lega, Titi senang, Gigi girang, Lala tetap galau dan nangis.
Si Tuki Cuma diam dan berdiri di depan gate 4, karena
mungkin dia mau berangkat, jadi mbak-mbaknya kayak nggak izinin gitu. Tapi Alhamdulillah
lagi-lagi om ku ngebantu dan bilang ke mbak nya kalau Cuma bentar, akhirnya
Tuki masuk ke gate 4.
Dan saat di gate 4
T : mau ngapain?
A : Ki, minta foto buat terakhir ya, sekali aja
T : *senyum*
A : La, ayolah cepat foto!
L : kalian ni ngapain ni! Aku nggak mau! Aku malu diliatin
orang! (sambil nangis)
A : kalau kamu nggak mau foto, aku yang foto sama dia. Cepatlah,
pilih yang mana?
Ti : iya, aku juga mau foto sama dia
G : biar aku fotoin
A : cepatlah, mau ndak?
L : apa kalian ni ni A! Aku benci sama kalian! Malu-maluin
ajalah! *nangis terisak-isak*
A : Ki, mendekat dikit ki, aku fotoin kalian berdua ya.
Sekalii ajaa kiii.
T : *mendekat ke Lala, tapi masih tetap jauh*
Akhirnya aku ambil foto mereka yang jauh-jauhan. Cuma Tuki
yang liat kamera. Lala tetap menangis. Dan orang-orang di sekitar tetap
memperhatikan kami, mungkin penasaran apa yang telah terjadi. Tapi karena sudah
tanggung malu, kami tidak begitu peduli.
Setelah mengambil hanya dua foto, kami bilang makasih
dan hati-hati ke Tuki. Akhirnya dia pergi dan kami pulang. Setelah di luar,
kami mutar-mutar lupa parkir mobil dimana, dan nyasar karena nggak tau kemana
jalan keluar. Dan sepanjang perjalanan, Lala marah-marah dan mengoceh, “Aku
banci! Aku nggak suka! Kenapa kayak sinetron! Aku benci sinetron!”. Tapi aku
bilang, “Ini nggak kayak sinetron, kalau di sinetron, kamu nggak
bakalan ketemu sama dia, kamu hanya akan berselisih sama dia, dan ceritanya
masih panjaaaaaang. Ini kayak AADC. AADC itu bukan sinetron. Dan AADC itu film
bagus!”
Akhirnya Lala berhenti menangis, dan berterima kasih kepada
kamiii. Sepanjang perjalanan pulang dari bandara, entah kenapa radio selalu
memainkan lagu-lagu galau yang membuat Lala tak berhenti menangis.
Tapi salut sama Lala! Aku, Titi dan Gigi nggak nyesel
ngebantuin kamu. Dan kami senang karena kami ada di kisah ini :D